Kamis, 17 Juli 2008

Manfaatkan Ranting Retak Dibuat Kerajinan

Bila kita tekun dan mau berusaha "pasti ada jalan". Itu yang selalu disampaikan orang tua kepada kita. Dan ternyata pesannya itu, jika direnungkan dan dijalankan ada benarnya dan akan terwujud apabila dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Amanah itu yang setidaknya dilakukan Suhartono. Pria asal Lombok ini memanfaatkan ranting pohon ketak yang terdapat di daerahnya di Lombok dibuat aneka bentuk kerajinan dan anyaman. Dan ternyata hasilnya tidak kalah dibandingkan dengan anyaman baik yang dari plastik maupun kawat, lebih tahan lama dan nilai seninya lebih tinggi.


Menurut Suhartono, perajin ketak yang juga pemilik "Mawar Art Shop" yang berlokasi di jl. Taman Sari, Desa
Nyiur Baya Gawah, Batumekar, Lombok ini, "Ketak dapat dibuat aneka kerajinan, mulai tas hingga aneka anyaman untuk tatakan gelas, pajangan pot bunga, taplak meja, keranjang tempat pakaian (laundry basket), tampah dan masih banyak lagi. "Batangan ketak memiliki nilai komersil karena selain kuat, awet, tahan lama, dan tahan air. Ketak juga memiliki bentuk yang bagus dan alami," tuturnya. Pria berpenampilan energik ini mengaku telah menjadi perajin ketak sejak 1989. Sejak merintis kerajinan ketak is sudah yakin kalau produknya akan diminati pasar. "Kebetulan pulau Lombok merupakan tempat tujuan wisata yang banyak diminati turis asing. Maka ketika saya memperkenalkan kerajinan anyaman ke turis asing banyak diantara merekayang tertarik," akunya. Walaupun dalam pengerjaannya, lanjut Suhartono dengan teknik yang masih tradisional tetapi dari seni dan kualitasnya tidak perlu diragukan. Dan itu terbukti aneka kerajinan dari ranting pohon ketak ini memiliki daya tahan jauh lebih baik dibanding produk atau kerajinan sejenis dari bahan lain. "Dan bisnis kerajinan ini memang tak akan pernah sepi. Apalagi Indonesia yang memiliki beragam suku dan budaya, masing-masing punya ciri khas kerajinan," katanya.


Target turis asing,

Soal bahan baku, ranting ketak, diakui Suhartono tidak terlalu sulit mendapatkan. Hanya saja kalau mengandalkan ranting ketak asli Lombok masih kurang maksimal hasilnya. Karena ranting ketak asal Lombok ukurannya kecil-kecil hanya cocok untuk lapisan luar saja. "jadi kalau ingin ukuran yang besar saya datangkan dari Flores, Sumbawa dan Kalimantan. Ketak yang ukuran besar biasanya dipakai untuk iapisan bagian dalamnya," paparnya. Mengenai kualitas ketak, jelas Suhartono terbagi atas tiga kelas, yakni kelas 1, 2 dan 3. "Untuk ketak kelas 3 harganya dengan harga Rp 10.000 per ikat. Satu ikatnya berisi sekitar 100 batang. Sementara untuk ketak yang kelas 2 harganya Rp 15.000 per ikat. Kualitas terbaik adalah ketak kelas I harganya dua kali lipat dari ketak kelas 3 yaitu Rp 20.000, itu pun jika membeli dengan cara partai besar," katanya sambil memperlihatkan berbagai jenis ketak yang ada.


Selain membuat anyaman, Suhartono yang dibantu
empat orang perajin, juga menerima atau membeii anyaman dari perajin lain. Ini berkaitan dengan cukup besarnya permintaan atau kebutuhan pasar. "Dalam satu bulan saya harus menyiapkan sampai ribuan kerajinan anyaman ketak baik yang ukuran kecil maupun besar," ucapnya serius. Setelah merasa sukses dengan Mawar Art Shop-nya di Lombok, kini Suhartono berniat membuka kantor perwakilan penjuaian di Yogjakarta, Jakarta, dan Bali. "Untuk pasar domestik lebih banyak datang dari Jakarta, makanya saya berniat buka perwakiian di Jakarta. Sementara kalau di Jogja dan Bali karena banyaknya wisatawan asing sehingga saya pikir perlu juga buka disana," ungkapnya. Saat ini turis asing yang sudah menjadi pelanggan tetapnya mulai dari Spanyol, jepang,jerman, Inggris, Australia, Amerika Serikat dan beberapa negara Timur Tengah. Dalam memasarkan produk ke orang asing Suhartono biasanya melakukan cara jemput bola. Selain membuka outlet di tempat-tempat wisata yang sering dikunjungi turis asing, juga melakukan penawaran melalui internet serta rajin mengikuti pameran. Mengenai harga jual, kalau membeli langsung di art shop miliknya harganya masih tergolong murah, mulai Rp 2.000 untuk ukuran kerajinan kecil, seperti tatakan gelas, hingga Rp 6 juta, seperti pajangan pot. Irwansyah

link

Tidak ada komentar: